Jakarta, ZInews – “Sebenarnya organisasi yang membawa nama Batak jauh sebelumnya sudah banyak berdiri. Untuk itu dengan kehadiran organisasi Pemuda Batak Bersatu ini harus beda dan memiliki warna tersendiri.”
Demikian disampaikan Mayor Jenderal TNI Karev Marpaung, S.Sos, MM, salah satu Dewan Pembina Pemuda Batak Bersatu tingkat Pimpinan Pusat dalam mengawali sambutan di acara Rapat dan Silaturahmi Dewan Pembina, Dewan Penasehat, Dewan Kehormatan bersama Pengurus Dewan Pimpinan Pusat yang diselenggarakan di Jl. Mayjend Sutoyo No.3 Cililitan (Resto Codian – Cawang), Senin (30/05/2022).
Dalam kesempatan rapat tersebut Jenderal bintang dua ini menyinggung bahwa di adat dan budaya Batak secara khusus telah terbiasa dengan namanya dihormati (anak ni raja/boru ni raja–red). Jadi tidak jarang menjadi sebuah pemicu sehingga terjadi sebuah kesalahpahaman, apalagi dalam organisasi.
“Jadi ormas PBB harus memiliki sebuah sikap rendah hati. Dan sikap selalu ingin dihormati (anak ni raja/boru ni raja–red) ini harus ditinggalkan. Meskipun ketuanya jauh lebih muda dari para anggota maupun pengurusnya, yang memiliki sebuah pemikiran yang dewasa. Daripada usia tua tapi tidak memiliki sebuah sikap yang bisa memberi contoh atau panutan. Dan kita juga harus mematuhi peraturan dalam organisasi serta berupaya untuk bisa berkontribusi,” kata pria kelahiran Jambi itu.
Mayjen Karev juga menekankan agar jangan hanya menginginkan posisi menjadi ketua, tetapi tidak pernah berkontribusi maupun memiliki sebuah sikap selayaknya jadi pemimpin. Karena di sebuah organisasi dibutuhkan implementasi yang nyata.
“Organisasi bisa berjalan dengan baik karena memiliki program kerja, tapi jangan samakan dengan program kerja pemerintahan atau institusi karena setiap ada program kerja pasti ada anggarannya. Nah, di Pemuda Batak Bersatu tidak ada anggaran. Jadi disini dibutuhkan sebuah sikap ikhlas untuk berkontribusi jika sudah bergabung dalam sebuah organisasi. Saya sering sampaikan jika ada pertemuan-pertemuan marga atau lainnya, bahwa kita yang sudah sukses ini kenapa tidak berkontribusi terhadap kampung halaman? Artinya dalam membangun sebuah daerah tidak mesti secara serentak, minimal kita mulai dari ruang terkecil seperti desa kita masing-masing,” ujar Karev seraya mengenang bahwa dulu ada sebuah jargon MARTABE (Marsipature Huta Na Be–red) yang disampaikan oleh tokoh batak yaitu almarhum Raja Inal Siregar.
Menurutnya dengan konsep Destinasi Wisata Danau Toba yang dimunculkan oleh pemerintah dan telah masuk dalam sebuah program nasional tentu hal ini menjadi sebuah momen dan kesempatan kepada ormas PBB mengingat sudah banyak para perantau asal dan kelahiran Batak telah sukses di perantauan.
“Dengan adanya konsep destinasi wisata di kawasan Danau Toba, ini menjadi sebuah peluang di 7 (tujuh) kabupaten yang mengelilingi Danau Toba untuk mengembangkan bahkan melakukan hal-hal baru sehingga bisa menarik perhatian para wisatawan lokal, nasional dan mancanegara. Jadi ormas PBB ini jangan hanya sebatas ingin bergabung atau tim hore saja, tapi harus bisa berinovasi dan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki,” ucapnya.
Di akhir sosok pria yang menjabat sebagai Komandan Pussenarhaud di Bandung ini menyampaikan, akan berkolaborasi dengan PBB untuk membuat sebuah acara silaturahmi bersama para tokoh-tokoh orang Batak seluruh Indonesia bahkan luar negeri dalam waktu dekat untuk membangun sebuah komunikasi dan menyamakan persepsi dalam mewujudkan program pemerintah yaitu Danau Toba menjadi super prioritas wisata oleh karena adat dan budayanya.
“Kita harus bangga menjadi orang Batak, bersama kita akan dasyat dan mampu melakukan berbagai kegiatan. Manfaatkan organisasi sebagai motor penggerak sehingga berdaya guna bagi masyarakat dalam membangun daerah kita, juga bagi bangsa dan negara,” tutup Mayjen Karev Marpaung.
(raja)