Mengenal Sosok Om Djoe Lebih Dekat

Foto; Djuyamto, SH, MH/dok_ist/zi

Kartasura, ZInews – Mengenal lebih dekat seorang tokoh kelahiran Kartasura Sukoharjo Jawa Tengah, 18 Desember 1967, dengan nama lengkap Djuyamto, SH, MH, yang akrab disapa Om Djoe, Mas Djoe atau Pak Djoe adalah seorang Hakim.

Perjalanan kariernya diawali pada tahun 2002 di Pengadilan Negeri Tanjungpandan, kemudian tahun 2007 mutasi ke PN Temanggung, lalu tahun 2009 mutasi ke PN Karawang, dan tahun 2012 dipercaya menjadi asisten hakim agung.

Bahkan pak Djoe menjadi salah satu yang paling vokal dalam menuntut hak-hak konstitusional dan independensi kekuasaan kehakiman di MA RI mulai tahun 2010. Tahun 2014 menjadi Wakil Ketua PN Dompu, kemudian tahun 2016 menjadi Ketua PN Dompu, tahun 2017 promosi menjadi hakim PN Bekasi Klas IA Khusus, dan tahun 2019 masuk ke PN Jakarta Utara.

Awal Maret 2022 memperoleh mutasi ke PN Jakarta Selatan Klas IA Khusus, dan dipilih sebagai Ketua Majelis dalam perkara suap penyidik KPK yang melibatkan pejabat tinggi negara. Bahkan saat menjadi Ketua Majelis Hakim menyuruh Terdakwa menyanyikan ‘lagu Iwan Fals berjudul IBU’ di persidangan sehingga membuat namanya semakin viral dalam pemberitaan. Lalu menjadi Ketua Majelis Hakim persidangan dua Polisi penyerang penyidik KPK Novel Baswedan yang cukup menjadi perhatian masyarakat luas, lalu menjadi Ketua Majelis Hakim perkara pembunuhan sadis satu keluarga di PN Bekasi.

Selain itu, di kalangan Hakim pak Djoe dikenal sebagai aktivis gerakan hakim yang terus memperjuangkan hak-hak konstitusional para hakim bersama dengan Forum Diskusi Hakim Indonesia maupun dalam kapasitasnya sebagai salah seorang pengurus pusat Ikatan Hakim Indonesia (IKAHI).

Bacaan Lainnya
Foto; dok/zi

Di luar tugas utamanya sebagai hakim, pak Djoe juga dikenal sebagai seorang yang menjunjung nilai-nilai tradisi leluhurnya. Itu dibuktikan dengan kecintaannya terhadap seni-budaya dengan melibatkan diri selaku penggagas pengasuh Kartasura Greget dalam sebuah gerakan seni budaya untuk melestarikan nilai-nilai kearifan lokal. Bahkan pernah menciptakan dan menyanyikan lagu berjudul Kartasura Greget yang isinya mengajak untuk mempraktekkan kebersamaan dan hidup rukun, gotong royong dalam bermasyarakat.

Di usianya yang sudah tidak muda lagi namun disetiap kesempatan selalu berhasil membuat warna tersendiri sehingga kembali mendapat kepercayaan menjadi pembina beberapa komunitas sosial kemanusiaan serta organisasi pencak silat di kota kelahirannya.

Pengagum berat Gus Dur ini juga sangat gemar membaca, hal itu dibuktikan dengan kebiasaannya untuk mengoleksi berbagai jenis buku, tidak hanya buku mengenai hukum, tapi juga buku-buku politik, sejarah, budaya, religi dan sebagainya.

Kegemarannya ini merupakan wujud nyata mencontohkan budaya membaca yang mana di Negeri ini harus diakui memiliki tradisi literasi yang sangat tertinggal dari negara tetangga sekalipun.

Dari kecintaan membaca inilah sehingga pak Djoe berhasil membuat sebuah karya tulis [kisah nyata] dalam bentuk buku dengan judul, “Kesaksian Perjuangan” belum lama ini dan akan menjadi catatan sejarah.

Diketahui Pak Djoe saat ini sedang menempuh pendidikan untuk meraih gelar akademik tertinggi sebagai mahasiswa program Doktoral di Fakuktas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

(Sumber; Buku Kesaksian Perjuangan/raja)

Pos terkait